TERGESA-GESA (Amsal 19: 2; 1 Timotius 5: 22)

Hidup di zaman modern seperti sekarang ini telah memacu setiap orang untuk hidup serba instant dan cepat. Banyak orang berpacu dengan waktu, sehingga cenderung tergesa-gesa dalam banyak hal, termasuk dalam mengambil keputusan, bahkan dalam keputusan besar dan penting, seperti pernikahan.
“Orang yang tergesa-gesa akan salah langkah” (Ams. 19: 2). Banyak kali kita melakukan kesalahan karena tergesa-gesa dalam mengambil keputusan, menyimpulkan atau menilai sesuatu, dan membuat perencanaan. Akibatnya banyak kerugian yang .harus dialami. Bukankah ada beberapa orang membeli barang (produk): yang tidak begitu diperlukan mereka karena didesak oleh salesman untuk mengambil keputusan segera?

Orang yang tergesa-gesa tidak memberi kesempatan kepada Tuhan untuk berbicara dan memimpinnya. Ia seringkali mengambil keputusan tanpa berkonsultasi dulu dengan Tuhan.
Orang yang tergesa-gesa tidak membiarkan berlangsungnya proses berpikir yang sehat dan tepat. Ketergesa-gesaan akan membuat kita tidak berpikir detail dan akurat. Kita akan sembrono dan asal-asalan.

Mengapa banyak orang yang tergesa-gesa? Pertama, kehidupan di zaman modern ini menuntut segala sesuatunya harus cepat. Jadi budaya masyarakat telah memicu dan membangun kebiasaan hidup yang tergesa-gesa.
o
Kedua, ketidaksabaran. Selain faktor eksternal yang memicu ketergesa-gesaan, faktor internal, yaitu ketidaksabaran kita, juga memegang peranan penting. Banyak orang yang tidak sabar dan tidak tekun dalam melakukan sesuatu. Mereka ingin melihat hasil secepatnya.

Ketiga, tidak disiplin. Ketidakdisiplinan dalam mengatur waktu seringkali menimbulkan keterbatasan waktu dalam menyelesaikan tugas, sehingga pada akhirnya, dengan sisa waktu yang pendek itu kita tergesa-gesa menyelesaikan tugas. Ketidakdisiplinan untuk bekerja akurat dan tertib juga akan membuat kita bekerja tanpa perencanaan dan strategi yang rapih dan detail.

MENGAPA YESUS MELARANG MENYERTAI DIA? (Markus 5: 18-20)

Bukankah keinginan dan kerinduan untuk mengikuti Yesus adalah suatu hal yang baik dan mulia? Mengapa Tuhan Yesus melarang orang, yang baru sembuh dan dibebaskan dari roh jahat, untuk menyertai Dia ke manapun Ia pergi?  Bukankah merupakan hal yang baik bagi orang yang baru dibebaskan segera terlibat dalam pelayanan?

Banyak pemimpin gereja yang justru menganjurkan orang-orang yang baru saja dibebaskan dari kehidupan lamanya segera terjun dalam pelayanan. Inilah yang perlu kita simak dan teliti. Apa alasan Yesus mencegah orang itu menyertai Dia? Apabila kita mengerti alasan di balik larangan Yesus ini, maka kita akan dapat melatih dan mengembangkan setiap orang percaya menjadi orang Kristen yang memiliki dasar dan landasan yang kuat, kokoh, dan tidak mudah digoyahkan.

Pertama, orang ini diminta pulang ke rumahnya (ay. 19). Tuhan mau setiap orang percaya menjadi terang dan saksi bagi keluarganya dulu. Tidak sedikit orang Kristen yang aktif di gereja dan pelayanan namun tidak menjadi saksi yan baik bagi keluarganya. Kita harus menunjukkan perubahan yang drastis kepada orangtua dan anggota keluarga lainya yang kita kasihi.

Kedua, ia diminta untuk menjadi saksi bagi orang-orang sekampungnya (ay. 19). Yesus mau agar kita menjadi saksi dan terang bagi komunitas di sekeliling kita. Terang itu tidak boleh disembunyikan. Jadi, orang yang baru bertobat hendaknya didorong untuk menjadi saksi di komunitasnya. Yesus ingin orang yang baru disembuhkan dan dibebaskan itu menjadi efektif dalam hidupnya dengan membagikan kehidupan barunya kepada orang-orang di sekitarnya yang ia kenal. Apabila ia menyertai Yesus, maka tidak ada orang yang mengenalnya dan mengetahui apa yang dialaminya sebelumnya.

Ketiga, ia diminta untuk menceritakan karya Yesus dalam hidupnya. Setelah memperlihatkan perubahan yang luar biasa, ia diminta menjelaskan SIAPA yang menyembuhkannya. Orang ini harus membuat orang-orang takjub kepada Yesus, bukan takjub kepada kesembuhan dan perubahan yang dialaminya. Yesus harus menjadi pusatnya. Banyak orang Kristen memberitakan Injil atau bersaksi tidak fokus kepada Kristus. Mereka lebih banyak menceritakan APA yang mereka alami dan juga APA yang gereja perbuat.

Keempat, ia diminta untuk  menceritakan KASIH KRISTUS kepada setiap orang yang dijumpai. Kasih adalah kuasa yang dapat membebaskan dan menyembuhkan manusia. Pelayanan apa pun, terutama penjangkauan komunitas, harus didasari atas kasih dan belas kasihan Kritus, bukan kasih dan belas kasihan manusia.
Keempat hal inilah yang menjadikan orang itu akhirnya memberitakan Kristus di Dekapolis. Dekapolis adalah wilayah dengan 10 kota. Ia menjadi pemberita Injil bagi kota-kota di sekelililingnya.

Sudahkah kita menanamkan keempat hal ini kepada orang-orang yang baru bertobat, sebelum diterjunkan ke dalam pelayanan di dalam gereja?

Previous Older Entries